isi kandungan dari kirab as-saydala fi ath-thibb karya al-biruni adalah

Berikut ini adalah pertanyaan dari mitaf8850 pada mata pelajaran Sejarah untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Isi kandungan dari kirab as-saydala fi ath-thibb karya al-biruni adalah ​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Kitab al-Saydanah fi Al-Tibb (Kitab Farmasi dan Materia Medica) ditulis oleh Al-Biruni di penghujung usia hidupnya. Fokus buku tersebut ialah kajian pada sebab penyakit (etiologi) dan penyembuhannya dengan obat dari tumbuhan atau hewan.

Pembahasan

Abu Rayhan Muhammad ibn Ahmad al-Biruni (973-1048 M) merupakan salah satu ilmuwan polimat cemerlang dan penulis prolifik yang menulis ratusan karya ilmiah di berbagai bidang. Ia terus menulis, meskipun usianya sudah uzur. Al-Biruni sendiri menulis indeks yang berisi daftar karya-karya akademiknya. Menurut catatan George Saliba di Encyclopedia Britannica, ada sekitar 146 judul yang ditulis al-Biru. Sayangnya tidak semua karya al-Biruni itu bisa diselamatkan dan diterbitkan.

Al-Biruni diduga yatim-piatu sejak kecil. Abu Nasr Mansur Ibn Ali Ibn Iraq, seorang matematikawan dan anggota keluarga penguasa di Khat (sekarang Khiva, Uzbekhistan), memungutnya. Ia besar saat Kekhilafahan Abbasiyah merosot dan kawasan Khawarizm (Asia Tengah) kerap bergolak. Masa kacau ini membuat Al-Biruni sering berpindah dari satu kota ke kota lain. Ia bahkan sempat jatuh miskin.

Banyak peneliti biografi Al-Biruni meyakini masa kekacauan ini mengilhaminya menekuni studi sejarah dan budaya bangsa-bangsa di luar peradaban Islam. Ulasannya dalam kajian humaniora mengisyaratkan Al-Biruni ingin mencari formula untuk sistem sosial yang mapan dan perdamaian. Riset budaya dan sosialnya punya fondasi objektivitas yang khas modern. Kemahiran lain Al-Biruni ialah pemetaan bumi. Sebagian sarjana modern sepakat menjulukinya “Bapak Geodesi”, gelar yang juga dimiliki Eratosthenes, ilmuwan Yunani abad 2 SM. Al-Biruni pernah memaparkan koordinat akurat garis bujur dan lintang 600 kota penting di masanya, lengkap dengan ukuran jarak antar lokasi dan arahnya menuju kiblat. Informasi ini termuat dalam karyanya, Kitab Taḥdid Nihayat Al-Amakin Li-Taṣḥiḥ Masafat Al-Masakin (Ketetapan Koordinat Lokasi untuk Mengoreksi Jarak Antar Kota).

Kitab Tahdid memuat peta dunia buatan Al-Biruni yang melukis daratan bumi dikelilingi perairan luas, dan kini disebut lautan Pasifik, Atlantik, serta Hindia. Ia memberikan ulasan mendalam mengenai bukti-bukti geografis dan biologis soal adanya sejumlah laut luas di barat dan timur yang saling terhubung.

Mineralogi terjangkau pula oleh Al-Biruni melalui Kitab Al-Jamahir Fi Ma'rifat Al-Jawahir (Kitab Lengkap Memahami Batu Permata). Buku ini menjelaskan metode pengukuran berat, volume, gaya berat, dan warna untuk menentukan keaslian banyak jenis batu dan logam mulia, seperti emas, perak, perunggu, batu ruby, batu zamrud, batu lapis jazuli, tembaga, besi, dan lainnya.

Menjelang wafat, ia menekuni farmasi dan menulis Kitab al-Saydanah fi Al-Tibb (Kitab Farmasi dan Materia Medica). Buku ini membuatnya dipuji sebagai "Bapak Farmasi Islam." Fokus buku ini ialah kajian pada sebab penyakit (etiologi) dan penyembuhannya dengan obat dari tumbuhan atau hewan.

Namun, isi bukunya kaya dengan deskripsi ribuan jenis tanaman asal Arab, daratan Asia, Romawi, dan Yunani. Dalam soal penamaan tanaman, Al-Biruni menerapkan ide binominal nomeklatur, seperti temuan Linnaeus pada abad 16, dan tak lupa menjelaskan lokasi asalnya. Alhasil, Kitab al-Saydanah tak cuma soal farmasi, melainkan juga sejarah botani dan leksikografi.

Tak heran, para sarjana kontemporer mengagumi Al-Biruni dan menganggap kualitasnya setara Leonardo da Vinci, si genius universal terbaik di Barat.

Di India, secara mandiri, ia meneliti dan menulis Kitab Fi Tahqiq Ma Li Al-Hind Min Maqola Maqbula Fi Al-`Aql Aw Mardhula (Alberuni's India). Al-Biruni juga menerjemahkan buku-buku sanskerta ke bahasa Arab. Sebaliknya, ia juga menerjemahkan buku bahasa Arab dan Yunani ke sanskerta. Al-Biruni beda pendapat dengan Sultan Mahmud Al-Ghazna. Ia menganggap masyarakat India bukan kafir penyembah berhala, melainkan pengikut “bentuk lain” monoteisme.

Di tanah pemuja dewa-dewa Hindu, Al-Biruni mempraktikkan toleransi total sekaligus aktif mendorong dialog kebudayaan. Saat menulis Kitab Al-Hind, ia sengaja melenyapkan deskripsi yang bisa membuat pembaca muslim “mengolok-olok” kepercayaan orang India. Al-Biruni mengingatkan pembacanya bahwa perbedaan bahasa dan konteks mudah memunculkan salah paham terkait teologi

JADIKAN JAWABAN TERBAIK AGAR ANDA MENDAPAT POIN JUGA

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh ummufatihfauzan dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke www.yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Wed, 22 Feb 23