Yang bukan faktor internal runtuhnya daulah Abbasiyah

Berikut ini adalah pertanyaan dari maulidasyakira37 pada mata pelajaran Sejarah untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Yang bukan faktor internal runtuhnya daulah Abbasiyah

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

1. Banyaknya pemberontakan

2. Dominsai bangsa Turki

3. Dominasi bangsa Persia

Penjelasan:

Faktor internal runtuhnya daulah Abbasiyah

1. Kemewahan hidup di kalangan penguasa

Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang diraih Dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup serba mewah, bahkan cenderung mencolok.

Setiap khalifah cenderung ingin lebih mewah daripada pendahulunya. Kondisi ini berpeluang kepada tentara profesional asal Turki untuk mengambil alih kendali pemerintahan.

2. Perebutan kekuasaan antara keluarga Bani Abasiyah

Perebutan kekuasaan keluarga Bani Abasiyah dimulai sejak masa Al-Ma’mun dengan Al-Amin. Ditambah dengan masuknya unsur Turki dan Persia. Setelah Al-Mutawakkil wafat, pergantian khalifah terjadi secara tidak wajar.

Dari kedua belas khalifah pada periode kedua Dinasti Abbasiyah, hanya empat orang khalifah yang wafat dengan wajar. Selebihnya, para khalifah wafat karena dibunuh atau diracun dan diturunkan secara paksa.

3. Konflik keagamaan

Sejak terjadinya konflik antara Muawiyah dan Khalifah Ali yang berakhir dengan lahirnya tiga kelompok umat, yaitu : pengikut Muawiyah, Syi’ah, dan Khawarij. Ketiga kelompok tersebut senantiasa berebut pengaruh.

Yang paling berpengaruh pada masa kekhalifahan Muawiyah maupun Abbasiyah adalah kelompok Sunni dan kelompok Syi’ah. Walaupun pada masa-masa tertentu antara kedua kelompok tersebut saling mendukung. Misalnya pada masa pemerintahan Buwaihi, antara kelompok yang tak pernah ada satu kesepakatan.

Faktor eksternal runtuhnya daulah Abbasiyah

Seperti disebutkan di atas, bahwa kemunduran Abbasiyah juga karena ada faktor ekstern, antara lain: banyaknya pemberontakan, dominsai bangsa Turki, dan dominasi bangsa Persia. Berikut penjelasannya:

1. Banyaknya pemberontakan

Banyaknya daerah yang dikuasai oleh khalifah, akibat kebijakan yang lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan islam, secara real, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur yang bersangkutan. Akibatnya, provinsi-provinsi tersebut banyak yang melepaskan diri dari genggaman penguasa Bani Abbas.

Adapun cara mereka melepaskan diri dari kekuasan Baghdad dengan dua cara, yaitu:

Pertama: seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti Daulah Umayah di Spanyol dan Indrisiyah di Maroko.

Kedua: seseorang yang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah, kedudukannya semakin bertambah kuat. Kemudian melepaskan diri, seperti daulat Aglabiyah di Tunisia dan Thahiriyah di Kurasan.

2. Dominsai bangsa Turki

Sejak abad kesembilan, kekuatan militer Abbasiyah mulai mengalami kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah memperkerjakan orang-orang profesional di bidang kemiliteran, khususnya tentara Turki. Kemudian mengangkatnya menjadi panglima-panglima.

Pengangkatan anggota militer inilah dalam perkembangan selanjutnya merebut kekuasaan tersebut. Walaupun khalifah dipegang oleh Bani Abbas, di tengah mereka, khalifah bagaikan bonek yang tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan, merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah yang sesuai dengan politik mereka.

Khalifah Dinasti Abbasiyah yang berkuasa pada masa kekuasaan Bangsa Turki I, mulai khalifah ke-10 yaitu Khalifah Al-Mutawwakil tahun 232 H. hingga Khalifah ke-22 yaitu Al-Mustaqfi Billah (Abdullah Suni Qasim) pada tahun 334 H.

Pada masa kekuasaan bangsa Turki II (Banu Saljuk), mulai dari khalifah ke-27, Muqtadie bin Muhammad tahun 467 H, hingga khalifah ke-37 Musta’shim bin Mustanshir tahun 656 H.

3. Dominasi bangsa Persia

Masa kekuasan bangsa Parsi (Banu Buyah) berjalan lebih dari 150 tahun. Pada masa ini, kekuasaan pusat di Baghdad dilucuti dan di berbagai daerah muncul negara-negara baru yang berkuasa dan membuat kemajuan dan perkembangan baru.

Pada awal pemerintahan Bani Abbasiyah, keturunan Parsi bekerja sama dalam mengelola pemerintahan dan Dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam berbagai bidang.

Pada periode kedua, saat kekhalifahan Bani Abbasiyah sedang mengadakan pergantian khalifah, yaitu dari Khalifah Muttaqi (khalifah ke-22) kepada Khalifah Muthie’ (khalifah ke-23) tahun 334 H., Banu Buyah (Parsi) berhasil merebut kekuasaan.

Pada mulanya mereka berkhidmat kepada pembesar-pembesar dari para khalifah, sehingga banyak dari mereka yang menjadi panglima tentara, di antaranya menjadi panglima besar.

Namun, setelah mereka memiliki kedudukan yang kuat, para khalifah Abbasiyah berada di bawah telunjuk mereka dan seluruh pemerintahan berada di tangan mereka.

Khalifah Abbasiyah hanya tinggal namanya saja, hanya disebut dalam do’a-do’a di atas mimbar, bertanda tangan di dalam peraturan dan pengumuman resmi dan nama mereka ditulis atas mata uang dinar dan dirham.

Namun sejarah Bani Abbas tidak hanya sampai di sini, akhirnya dinasti ini pun hancur.

Semoga membantu dan bermanfaat,maaf kalo salah ^_^

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh albertimmanuel85 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke www.yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Sun, 28 Aug 22